Nama
: Prof. DR.
H. HARYONO SUYONO
Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 6 Mei
1938
Status Perkawinan
: Kawin
Nama Isteri
: Hj. Astuty Hasinah Haryono
Alamat
:
Rumah Jl. Pengadegan Barat 4 Jakarta 12770
Telpon
: (021)
799-4943
Fax
: (021) 797-3516
Alamat
: Kantor Gedung Granadi 4 Floor Kuningan Jakarta Selatan
Riwayat Singkat
Haryono Suyono
dilahirkan di Pacitan, Jawa Timur pada tanggal 6 Mei 1938. Semasa kecilnya,
Haryono diasuh kedua orang tuanya, Bapak Alimoeso dan Ibu Padmirah Alimoeso.
Ayahnya adalah seorang guru SD yang kemudian berpindah-pindah dari satu desa
pegunungan ke desa pegunungan lainnya di kawasan kabupaten Pacitan. Karena itu,
Haryono semasa kecilnya banyak diasuh oleh ibunya yang ulet, Ny. Padmirah, yang
mendidik anak-anaknya kerja keras dengan membuka warung kecil keperluan
sehari-hari bagi keluarga sekitamya dirumahnya di Pucang sewu, Pacitan.
Selama revolusi 1945,
Haryono yang masih kecil sekolah SD di desanya. Haryono kecil ikut mengungsi
berpindah dari satu SD di desanya ke SD di desa pengungsian. Namun dia tetap
bersekolah dan bergaul dengan anak-anak desa perjuangan tersebut. Selama masa
itu Haryono sempat naik kelas duakali dalam satu tahun pelajaran karena
dianggap menonjol dikalangan teman- temannya. Haryono menamatkan SD di Pacitan
itu pada tahun 1951.
Setelah menyelesaikan
pendidikannya pada tingkat SD, Haryono melanjutkan sekolah menengah pertamanya
di Yogyakarta, yaitu pada SMP IV Negeri dan SMA IVB Negeri. Selama sekolah SMA
Negeri IVB di Yogyakarta Haryono sangat aktip dalam lingkungan penerbitan
majalah sekolah dan selama tiga tahun berturut-turut menjadi pimpinan redaksi
dari majalah Gelora sekolah tersebut. Pengalaman itulah yang menempatkan
Haryono lebih lancar menulis dan membuat laporan.
Setelah menyelesaikan
pendidikan SMP pada tahun 1954, dan SMA IVB Negeri pada tahun 1957, selama dua
tahun pertama Haryono meneruskan pendidikannya pada Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Diluar kuliah Haryono aktif dalam
organisasi non kampus dikampungnya bersama dengan para mahasiswa Universitas
Gajah Mada, antara lain mantan Gubernur Kalimantan Selatan Drs. Gusti Hasan
Aman, yang waktu itu adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Gajah
Mada.
Namun karena ada
sesuatu dan lain hal, maka Haryono tidak sanggup meneruskan pendidikannya di
Fakultas Kedokteran UGM dan pindah ke Jakarta mengikuti kakaknya dan meneruskan
kuliah sebagai mahasiswa Ikatan Dinas pada Akademi llmu Statistik (AIS)
Jakarta, suatu Akademi Kedinasan dibawah naungan Biro Pusat Statistik di
Jakarta. Pendidikan kedinasan tersebut diselesaikannya dengan baik dalam waktu
tiga tahun.
Segera setelah
menyelesaikan pendidikan pada Akademi llmu Statistik Jakarta, maka pada tanggal
30 Agustus 1963 Haryono menikah dengan gadis cantik asli Betawi Astuti Hasinah
dan kemudian dikaruniai empat orang anak: Ria Indrastuti (1964), Dewi
Pujiastuti(1965), Fajar Wiryono (1967) dan Rina Mardiana (1968). Dengan empat
orang anak tersebut kadang-kadang Haryono disangka tidak melaksanakan program
KB, padahal anaknya yang terkecil dilahirkan dua tahun sebeIum program KB resmi
dimulai pada tahun 1970.
Angkatan Haryono pada
AIS termasuk angkatan yang istimewa. Selama tiga tahun dalam AIS tersebut
angkatan ini mendapat dosen yang sebagian besar adalah ahli-ahli PBB dari luar
negeri yang sedang membangun perstatistikan di Indonesia. Namun beasiswa waktu
itu sangat minim, padahal Saudara yang diikuti oleh Haryono adalah seorang
pegawai negeri yang gajinya pas-pasan. Bapak Soemargo, kakak Haryono tersebut
mempunyai sebuah taksi atau oplet. Pada waktu-waktu tertentu, untuk mengepulkan
asap dapur, maka Haryono dan kakaknya Soemargo, yang sudah almarhum sekarang,
bergantian menyopir oplet (sejenis mikrolet) itu mondar-mandir antara
Jatinegara - Pasar Rebo - Pasar Minggu untuk mencari penumpang yang waktu itu
sungguh tidak pernah putus-putusnya, selalu penuh dan memberi cukup rejeki
untuk mengepulkan asap dapur.
Karena Haryono
beruntung mendapat dosen yang tangguh, maka setelah tamat AIS pada tahun 1963
Haryono sebagai salah seorang mahasiswa yang menonjol, antara lain karena
selama mahasiswa dianggap giat sebagai Wakil Ketua kemudian Ketua Senat
Mahasiswa AlS, maka Haryono mendapat kesempatan untuk ditunjuk menjadi Asisten
dari DirekturAlS. Segera setelah itu maka Haryono mendapat kesempatan yang luas
untuk bekerja pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan pada tahun 1965 ditempatkan
di DKI Jakarta sebagai Wakil Kanwil Kantor Sensus dan Statistik Propinsi DKI
Jakarta, suatu jabatan yang sebenarnya masih sangat jauh dari golongan pangkat
yang dimilikinya. Pada tahun berikutnya Haryono dipercaya sebagai Pjs. Kanwil
Kantor Sensus dan Statistik DKI tersebut. Haryono tidak lama menjabat pada
posisi itu karena segera ditarik untuk memimpin suatu bagian baru, Bagian
Konsultasi dan Humas Kantor Biro Pusat Statistik di pusat.
Pada jabatan inilah
Haryono menyebarluaskan kesadaran statistik di berbagai Departemen dan Instansi
pemerintah dan menggerakkan para wartawan untuk mengulas hasil-hasil survey,
termasuk Survey Sembilan Bahan Pokok yang dilakukan setiap minggu oleh BPS.
Pada saat itu pula Indonesia sedang giat-giatnya berusaha menurunkan angka
inflasi yang sangat tinggi, sehingga Haryono setiap minggu mondar-mandir ke
Jalan Medan Merdeka Barat no. 15 untuk mengirimkan laporan kepada Bapak
Sudharmono, SH (Mensekneg pada waktu itu) untuk keperluan Sidang Kabinet.
Pernah terjadi pada suatu ketika, sewaktu Menteri Sekretaris Negara masih
dipegang oleh Bapak Alamsyah Ratu Perwiranegara, perubahan inflasi cukup ruwet,
sehingga Haryono ditahan untuk duduk di pojok selama beliau menerangkan
angka-angka tersebut, jaga-jaga kalau ada kemacetan.
Setelah bekerja pada
Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1963-1969, mulai bulan Mei 1969 Haryono
mendapat kesempatan belajar ke luar negeri yaitu di University of Chicago di
Amerika Serikat. Suatu universitas yang terkemuka dan termahal di Amerika
Serikat.
Dalam waktu tiga
tahun, 1969 - 1972, Haryono menyelesaikan tugas belajar itu dengan cepat,
sehingga pendidikan S1, S2 dan S3- atau gelar Master dan Doktor dalam bidang
Sosiologi dengan spesialisasi dalam bidang Komunikasi dan Perubahan Sosial
serta Kependudukan dan Pembangunan dapat diselesaikannya dengan baik.
Dikalangan kampus, terutama bagi orang Amerika yang agak sulit menyebut nama
Haryono maka, beliau mendapat sebutan Mr. Hary. Bahkan teman-teman lamanya
sampai sekarang masih menyebutnya dengan nama Mr. Hary.
Setelah kembali ke
tanah air Haryono bekerja lagi pada Biro Pusat Statistik (BPS) dan merangkap
juga pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Akhirnya
Haryono melekat dengan BKKBN dan menanjak kariernya sebagai Deputi untuk
beberapa bidang dan kemudian dipercaya oleh Bapak Presiden Soeharto (waktu itu)
untuk menjadi Kepala BKKBN pada tahun 1983. Sepuluh tahun berikutnya pada tahun
1993 Haryono diangkat dalam jabatan rangkap yaitu sebagai Menteri Negara
Kependudukan dan Kepala BKKBN pada Kabinet Pembangunan V. Pada kabinet terakhir
Presiden Soeharto yaitu Kabinet Pembangunan Vll, beliau masih dipercaya oleh
pemerintrah dan diangkat sebagai Menko Kesra dan Taskin selakigus merangkap
Kepala BKKBN. Dalam alam reformasi yang mana terjadi pergantian pucuk pimpinan
pemerintahan yaitu dari Presiden Soeharto kepada Presiden BJ Habibie, Haryono
masih dipercaya oleh pemerintah dan bahkan diberi kepercayaan yang sangat
tinggi oleh Presiden BJ Babibie untuk menduduki jabatan strategis yaitu Menko
Kesra dan Taskin pada Kabinet Reformasi Pembangunan. Ingin mengenal beliau
lebih dekat anda bisa mengunjungi website pribadi beliau di disini.
0 Komentar