Nama I Made Sandy sering terdengar di kantor, Nama beliau sering
terungkap dalam obrolan sehari-hari maupun dalam rapat-rapat internal. Kebaikan
maupun cerita hidup beliau sering dikenang. Beliau adalah direktur pertama
Direktorat Penatagunaan Tanah (dahulu bernama Direktorat Tata Guna Tanah). Pada awal-awal masuk, saya gak begitu ngeh
dengan namanya, namun lama-lama pengen tau lebih dalam siapa sebenarnya I Made
Sandy. Berikut ini akan saya ulas hasil obrolan dengan pegawai-pegawai senior
di lingkungan kerja saya.
Pak I Made Sandy adalah sosok yang pendiam dan sederhana. Ada
yang mengatakan bahwa beliau adalah Direktur termiskin di BPN. Beliau ke kantor
pulang pergi membawa mobil sendiri. Menurut kawan yang pernah ke rumahnya,
rumah beliau sederhana dengan kursi rotan yang busanya sudah robek-robek. Ada
hal lain yang patut diteladani, beliau selalu mengembalikan sisa perjalanan dinas
sesuai dengan jumlah hari yang digunakan. Selain itu, apabila di daerah
dibelikan tiket hotel maupun pesawat oleh pegawai daerah maka uangnya akan
dikembalikan ketika beliau sudah sampai di jakarta. Uang dikirimkan menggunakan
jasa wesel. Hal yang langka ditemukan pada kondisi sekarang ini.
Menurut cerita, Pak I Made Sandy sangat memperhatikan anak
buahnya. Pada siang hari, beliau berkeliling ke ruangan staf-stafnya untuk
melihat kondisi anak buah. Banyak pegawai-pegawai golongan rendah yang dibantu
oleh beliau hingga dapat memiliki rumah sendiri.
Sampai dengan sekarang saya masih berusaha mengetahui perihal
Pak I Made Sandy. Banyak buku-buku yang telah beliau terbitkan khususnya
mengenai tata guna tanah. Mudah-mudahan dapat kita ulas pada kesempatan yang
lain.
Waktu terus berjalan, dari jaman perjuangan kemerdekaan,
mempertahankan kemerdekaan hingga sekarang. Sepertihalnya adanya manusia di
muka bumi ini, pemimpin datang dan pergi. Pemimpin besar tidak ada di setiap
generasi, pemimpin yang dikenang dan dipuja karena kebaikannya. Kiranya kita
telah mengenal pemimpin-pemimpin besar di masa perjuangan kemerdekaan. Pada
masa sulit dan penuh kesengsaraan inilah pemimpin besar lahir. Pasca
kemerdekaan hingga sekarang dimana kita dikelilingi sumberdaya alam, pemimpin
besarpun sulit ditemukan.
Gajah pergi meninggalkan gading dan harimau pergi meninggalkan
belang. Demikianlah pepatah yang menggambarkan bagaimana kita akan dikenang
dihari sepeninggal kita. Ingin dikenang baik, dikenang buruk atau tidak
dikenang adalah pilihan kita. Untuk apa kita dilahirkan? Apakah hanya untuk
mengisi rantai kehidupan manusia secara species, hidup hanya untuk
berkembangbiak dan mati.
I Made Sandy, satu pemimpin di Direktorat Penatagunaan Tanah,
BPN merupakan pemimpin besar dalam kantornya yang kecil diantara kantor-kantor
instansi yang lain. Nama beliau selalu dikenang karena kebaikannya hingga
sekarang. Nilai-nilai yang ditinggalkan I Made Sandy di antaranya adalah
kesederhanaan, ketegasan, dan kedisiplinan. Beliau memesankan agar sebagai
pegawai kita hendaknya tidak sentimentil, lebih mengedepankan rasio dibanding
perasaan. Manusia yang sentimentil adalah manusia yang kalah, jangan mau kalah.
Beliau adalah sosok pemimpin yang begitu memperhatikan kesejahteraan
pegawainya. Berikut adalah penggalan puisi “Sebuah Kenangan” karangan Kasijono
dalam buku Kenang-Kenangan Pelepasan Purna Bhakti Bapak I Made Sandy (1987),
staf TGT Jawa Tengah. Penggalan puisi ini menggambarkan bagaimana staf-staf TGT
mencintai Pak I Made Sandy.
Setulus, sedalam relung kalbu
Aku terpukau
Aku terkesan atas
Wibawa kepemimpinanmu
Kejujuran lugu
Kesederhanaan berperilaku
Figur pemimpin yang banyak didambakan
Figur pemimpin yang patut diteladani
Kami masih memerlukan itu
Namun apa mau dikata
Mentari tugas sudah diufuk magrib
Sinarnya mulai memerah
Dirembang petang
Jasa jasamu akan s’lalu kukenang
Nasihatmu
Petuahmu
Akan kujadikan pelita
Sumber : https://santosa.wordpress.com
0 Komentar